Aku memutar sebuah kilas balik pada hidupku.
Sejak aku menetapkan hati ku kepadamu 2012 silam, aku menjalani hari ku dengan berulang kali jatuh cinta padamu. Meski harus aku akui, ini hanya bentuk keegoisanku sendiri. Aku mulai tidak peduli akan jadi seperti apa nanti. Apakah aku bisa melupakan mu atau harus selamanya terjebak dalam perasaan ku sendiri. Ini perasaan menyiksa yang indah. Disatu sisi aku merasa tersiksa karena menghianati dengan elegan. Disisi lain aku tidak peduli dengan segalanya dan hanya mengulangi nya lagi. Jatuh cinta lagi. Dan lagi.
Banyak penyesalan dalam hatiku. Aku merasa bersalah dalam banyak hal. Penghianatan. Ketidakjujuran. Pembelokan akan perasaan. Tapi lagi-lagi aku tidak peduli. Setiap pertemuan dengan mu adalah cara ku untuk jatuh cinta lagi dan lagi. Aku merasa sudah tidak dapat menolong diriku sendiri.
Jatuh cinta kepadamu adalah hal yang indah dan menyakitkan. Tidak terduga dan penuh rasa bersalah. Aku mengutuki diriku sendiri setengah hati. Aku mencintaimu dengan cara yang salah. Aku mendasari perasaan yang kupunya padamu dengan menginjak-injak perasaan orang lain.
Boleh aku jujur padamu?
Aku masih dalam keadaan dimakan rasa bersalah. Mungkin dilahap habis-habisan. Aku membenci segala bentuk penghianatan dan segala hal yang berhubungan dengan penghianatan itu sendiri. Membenci alasan yang dicari-cari dan segala kebohongan untuk membenarkan sebuah penghianatan. Aku benar-benar tidak habis fikir bagaimana orang lain bisa membenarkan sebuah penghianatan. Tapi disisi lain, akulah penghianat itu sendiri. Penyimpangan akan perasaan ku padamu menjadikan ku salah satu dari mereka. Aku banyak berfikir dan mencari-cari alasan, tapi aku sadar bahwa tidak ada lagi pembelaan yang pantas bagi seorang penghianat.
Mungkin kamu bosan aku membahas masalah ini lagi.
Tapi aku hanya ingin membahas ini karena ini keresahan terbesarku. Kebencian terbesarku terhadap diriku sendiri. Mungkin aku memulai hubungan sebelum dengangmu bukan atas dasar perasaan ku sendiri. Tapi lagi-lagi alasan tidak berlaku disini. Setulus apapun perasaan ku padamu dulu, itu adalah salah karena memperjuangkan perasaanku dengan menginjak-injak perasaan orang lain.
Aku tahu, itu sudah masalah dulu.
Tapi pada kenyataannya aku sangat bersedih saat ini. Aku mengingatnya lagi. Banyak keadaaan yang membuatku mengungkit kenangan yang sudah berada di posisi terdalam dihatiku. Terlalu banyak penghianatan disekitarku. Terlalu banyak kisah menggelikan yang ku dengar dan kurasakan sendiri. Terlalu banyak omong kosong tentang pembenaran akan perasaan mereka. Terlalu banyak perjuangan di atas luka orang lain. Aku muak setengah mati. Tapi dari situ aku mengerti bahwa aku pernah melakukannya dan aku mulai memikirkan untuk membenci diriku lagi.
Aku tahu, tidak seharusnya aku menyamakan diriku secara persis dengan mereka. Karena aku sadar bahwa kami berbeda latar belakang dalam hal penghianatan. Aku tidak bermaksud untuk membela diriku sendiri tapi itulah kenyataannya. Aku berjuang dengan segenap hatiku dulu untuk melupakanmu. Tapi aku tidak punya pegangan untuk berjuang akan perasaan ku padanya karena pada dasarnya aku tidak punya perasaan apa-apa untuknya. Tapi aku bertahan pada hubungan ku sekian lamanya dengan alasan bahwa aku tidak bisa memberikan rasa sakit yang seperti itu untuknya.
Setelah ini kamu tahu dengan pasti ceritanya dan aku tidak akan mengulanginya. Intinya aku mengakhirinya. Mungkin pada dasarnya aku mengakhirinya bukan untuk keegoisanku bersamamu. Tapi takdir membuatnya seperti itu. Takdir membuat aku bersamamu setelah aku meninggalkannya. Aku memang meninggalkannya karena perasaan ku kepadamu. Itu kuakui dengan jujur. Tapi tidak pernah ada niatan hatiku sama sekali untuk meninggalkannya hanya untuk bersamamu karena aku tidak bisa melakukan hal kejam seperti itu kepadanya.
Tapi fakta yang berbicara. Kita bersama. Orang bergunjing tentang kita. Aku meninggalkannya untuk bersamamu dan sebagainya dan sebagainya. Kamu mungkin tahu bahwa itu tidak benar karena aku sudah mengatakannya kepadamu, tapi ternyata diri ku sendiri tidak mengakuinya. Aku selalu merasa jadi penjahatnya.
Yaudah ini cerita awalnya. nanti aku buat sekuelnya. Permasalahan sesungguhnya. Yang aku rasain baru-baru ini.