Untukmu Februari,
Ijinkan aku bercerita, meski dalam bahasa yang mungkin tak kau mengerti,
Aku seorang penyendiri. Aku adalah pen-diam sudut pojok kamar dengan selimut dilutut dan buku dipangkuan. Aku berfikir terlalu banyak, berbicara terlalu sedikit. Bersikap tidak peduli terhadap society dan berkata lantang bahwa aku tidak tertarik. Aku bahagia dengan kemonotonan yang kuciptakan. Sebuah penjelajahan fikiran, aku menyebutnya. Aku wanita yang membosankan bukan?
Aku terus bertahan pada kebiasaan ini sampai aku bertemu dengannya. Orang yang kucintai. Segalanya mulai berubah perlahan-lahan tanpa kusadari. Aku mulai menyusun ulang prioritasku dan menempatkannya dalam urutan pertama. Aku selalu berfikir keras bagaimana membahagiakannya. Mengesampingkan kesukaanku, minat, bahkan hobby untuk lebih mengenal dan mengetahui minat dan kesukaannya.
Sebagai "aku" ketakutan terbesarku adalah membosankannya. Aku menyadari dengan ketulusan hatiku sendiri, bahwa aku dan dia adalah sebuah pribadi yang jauh berbeda. Ketika ketakutan itu mulai menembus urat-urat nadiku, sedikit demi sedikit aku mulai berubah. Aku menjadi pribadi yang menyesuaikan dengan segala apapun yang disukainya.
Waktu berlalu dan aku lebih dalam kehilangan diriku. Aku mulai kebingungan, apa yang sebenarnya kurasakan. Kamu jangan salah paham, bukan berarti dengan mencintainya aku tidak bahagia. Aku bahagia, namun aku memaknai nya dengan cara yang salah. Aku terlalu berlebihan dalam mencintainya sehingga lupa masih ada hati yang seharusnya aku bahagiakan. hatiku sendiri.
Di bulanmu ini, aku hanya ingin kembali pada diriku sendiri. Merubah prioritasku untuk mencintai "aku" lalu kemudian mencintainya. Menggapai apa yang sebelumnya membahagiakanku agar aku selalu memiliki senyum terbaik untuk tetap membahagiakannya.
Aku harus tetap menjadi diriku, untuk memberitahunya, bahwa ada seorang "aku" dengan seribu keanehannya yang mencintainya.
Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar