24 Februari 2018

Published 13.38 by with 0 comment

Aku sedang tidak patah hati.
Tapi apa harus aku menulis saat hanya sedang bersedih?
Aku mulai banyak mengikhlaskan.
Merelakan.
Hal-hal yang tak mampu kugapai.
Hal-hal yang diluar kuasaku.

Tapi disisi lain aku juga membangun.
Dinding kepercayaanku yang baru.
Menata hatiku lagi dengan hati-hati.
Mulai membangun mimpi ku sendiri.

Aku tahu semua tidak akan pernah mudah.
Aku hanya cukup mengingat ungkapan sayang mu.
Aku hanya cukup mengingat lagu yang kau mainkan khusus untukku.
Hanya itu.

Apakah aku sebodoh itu? 
Iya, sepertinya.
Read More
      edit

22 Februari 2018

Published 04.17 by with 0 comment

Aku mengingkari prinsip yang kubuat sendiri.
Masih bertahan denganmu yang membuat hatiku hancur berantakan belakangan ini.
Aku sangat kesulitan untuk bangkit.
Aku sangat kesulitan untuk percaya.
Semua hal yang kita perjuangkan seperti terbakar api.
Tidak menyisakan apa-apa selain debu yang berterbangan.

Andai semudah itu.
Andai meninggalkanmu semudah itu, mungkin aku akan meninggalkanmu.
Melupakanmu yang sudah hampir dua tahun mengisi keseharianku.
Tidak akan ada lagi pesan darimu.
Perhatianmu.
Bahkan pertemuan kita.
Dan dengan berdarah-darah aku harus membiasakannya.

Aku merasa sulit untuk menentukan.
Apakah harus hidup dengan sikapmu yang tidak bisa kutolerir,
Atau lebih baik aku pergi dengan membawa semua luka yang tak akan sembuh?

Rasanya sakit mengetahui sisi lain kamu.
Mematahkan khayalanku.
Kamu bukan cowok cuek seperti yang kutahu.
Bukan pula orang yang perhatiannya selalu tertuju padaku.

Kamu memintaku percaya ada cinta disana.
Aku bertanya-tanya, apakah benar?
Apakah cintamu sama seperti apa yang kumaksudkan?

Aku tidak tahu mengapa kamu melakukannya.
Tidak mengetahui persis alasannya.
Malam ini aku terbangun dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat hatiku sangat kesakitan.
Apakah kamu bisa berubah?
Apakah aku bisa memberikan kepercayaan padamu?
Apakah aku siap untuk merelakanmu?

Entahlah.

#Post 18-02-2018


Read More
      edit
Published 04.03 by with 0 comment

Terkadang rayu merayu antara laki-laki dan perempuan terkesan biasa.
Menyebar ketertarikan satu sama lain.
Mereka tanpa rasa bersalah melakukannya.
Tidak pakai perasaan katanya.
Tapi sulit rasanya menerima.
Kehidupan macam itu hanya mampu dijalani oleh perempuan yang emang udah kebal banting bahkan bisa dibilang hatinya udah mati.
Jadi, kalau hati lo sama seperti gue yang masih selembut salju di musim dingin, lebih baik tidak mencoba untuk nyemplung ke neraka.


Read More
      edit

19 Februari 2018

Published 00.04 by with 0 comment

Dalam ke-diaman ku, sedikit demi sedikit kuputar kisah.
Kurajut perlahan.
Mulai memaknai dengan benar.
Mulai berjalan walau kaku tak keruan.

Ditengah segala pilihan yang kupunya,
Aku memutuskan untuk memperjuangkan kebahagianku.
Mempercayai diriku sendiri.
Dan mulai berjuang,
Entah butuh berapa lama.
Mungkin aku akan sangat kesakitan.
Tapi ketakutan bukan sebuah jalan keluar.
Dan kenyamanan bukan sebuah kemajuan.

Aku meninggalkan zona nyamanku.
Apapun, agar bisa menemukan diriku lagi.



Read More
      edit

18 Februari 2018

Published 19.36 by with 0 comment


Untukmu Februari,


Ijinkan aku bercerita, meski dalam bahasa yang mungkin tak kau mengerti,

Aku seorang penyendiri. Aku adalah pen-diam sudut pojok kamar dengan selimut dilutut dan buku dipangkuan. Aku berfikir terlalu banyak, berbicara terlalu sedikit. Bersikap tidak peduli terhadap society dan berkata lantang bahwa aku tidak tertarik. Aku bahagia dengan kemonotonan yang kuciptakan. Sebuah penjelajahan fikiran, aku menyebutnya. Aku wanita yang membosankan bukan?

Aku terus bertahan pada kebiasaan ini sampai aku bertemu dengannya. Orang yang kucintai. Segalanya mulai berubah perlahan-lahan tanpa kusadari. Aku mulai menyusun ulang prioritasku dan menempatkannya dalam urutan pertama. Aku selalu berfikir keras bagaimana membahagiakannya. Mengesampingkan kesukaanku, minat, bahkan hobby untuk lebih mengenal dan mengetahui minat dan kesukaannya. 

Sebagai "aku" ketakutan terbesarku adalah membosankannya. Aku menyadari dengan ketulusan hatiku sendiri, bahwa aku dan dia adalah sebuah pribadi yang jauh berbeda. Ketika ketakutan itu mulai menembus urat-urat nadiku, sedikit demi sedikit aku mulai berubah. Aku menjadi pribadi yang menyesuaikan dengan segala apapun yang disukainya.

Waktu berlalu dan aku lebih dalam kehilangan diriku. Aku mulai kebingungan, apa yang sebenarnya kurasakan. Kamu jangan salah paham, bukan berarti dengan mencintainya aku tidak bahagia. Aku bahagia, namun aku memaknai nya dengan cara yang salah. Aku terlalu berlebihan dalam mencintainya sehingga lupa masih ada hati yang seharusnya aku bahagiakan. hatiku sendiri.

Di bulanmu ini, aku hanya ingin kembali pada diriku sendiri. Merubah prioritasku untuk mencintai "aku" lalu kemudian mencintainya. Menggapai apa yang sebelumnya membahagiakanku agar aku selalu memiliki senyum terbaik untuk tetap membahagiakannya.

Aku harus tetap menjadi diriku, untuk memberitahunya, bahwa ada seorang "aku" dengan seribu keanehannya yang mencintainya.

Terima kasih.




Read More
      edit
Published 19.04 by with 0 comment

Aku ingin berpegangan pada apapun, ranting, dedaunan hingga debu halus pada tanah.
Berusaha sekuatku demi kebersamaan kita.

Mempertahankanmu mulai terasa sulit.
Bagai berjalan diatas jembatan kaca saat bersamamu.
Aku bisa merasakan kengerian-kengerian di bawahku. Ketakutan yang terlalu transparan.
Kehilangan yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Aku menjadi semakin lemah setiap saat.
Membiarkan waktu menghajar habis persendianku.

Aku terjatuh sekarang.
Entah seberapa dalam.
Entah seberapa terluka.
Entah seberapa aliran ragu yang membekukan tulang

  1. Entah...
Read More
      edit

07 Februari 2018

Published 08.29 by with 0 comment

Dengan begitu banyak dendam dihati. Dari semua amarah yang ada. Aku pada dasarnya mengutuki nasibku sendiri. Keterbatasan yang kupunya. Semua hal yang kuinginkan semakin terjauhkan. Aku tidak bahagia. Terbatas oleh nasib. Dikungkungi amarah yang sulit reda. Aku ingin meraih apa yang seharusnya kudapatkan tapi lagi-lagi waktu sepertinya tidak setuju denganku. 

Aku seharusnya berlari. Tanpa memerdulikan siapapun yang memanggilku dibelakang sana. Aku seharusnya tidak menyerah. Disaat aku telah berjuang sejauh ini. Aku menangisi waktu yang telah kubuang selama ini. Merasa sia-sia bila harus berjuang sekarang. Aku kebingungan dengan apa yang harus kulakukan. Apa yang sebenarnya kuinginkan. Aku sangat kebingungan.

Aku rindu seseorang bertanya padaku apa yang kurasakan. Aku sudah terlalu banyak mendengarkan.
Aku rindu seseorang mengerti apa yang kusukai. Aku sudah terlalu banyak merelakan.
Dari begitu banyak kata-kata yang ada, aku rindu seseorang membelai kepalaku sambil berkata semua akan baik-baik saja.
 
Read More
      edit

05 Februari 2018

Published 11.56 by with 0 comment

Pernahkah kamu merasakan perasaan yang sulit dituliskan?
Sulit didefinisikan.
Campuran antara rindu dan amarah.
Mendamba dan menampik.

Bibirku terkunci.
Aku terlalu banyak menyimpan dendam.
Terlalu banyak luka yang kubuat sendiri.
Aku begitu takut.

Aku sadar.
Aku melukis nasibku sendiri.
Semua kebahagian dan airmata.
Juga semua luka.

Aku bertanggung jawab atas segala bahagia serta lara.
Himpitan dan keleluasaan.
Dan dari semua hal yang ingin aku lakukan,
Aku mulai mewujudkannya satu persatu.

Aku hanya ingin ada bahagia.
Tidak membiarkan setetes pun airmata.
Semoga.
Read More
      edit