29 Maret 2017

Published 18.39 by with 0 comment

Realease Draft 3 : 2013

Aku sangat paham.
Perasaan yang kupunya tidak bisa kalian mengerti.
Aku bahkan cenderung tidak peduli.
Aku membiarkannya seterang siang.

Silahkan diejek. 
Suatu saat nanti, akan tiba saatnya kalian menemui sebuah penantian yang menyakitkan.
Menguburkan senyum dan cengiran berengsek kalian.
Menenggelamkan sikap sok suci kalian.
Kelak, kalian akan tahu bagaimana rasanya disesaki perasaan cinta yang begitu kuat sehingga membuat dada kalian sakit..
Cinta yang hanya bisa dirasakan tapi tak bisa diungkapkan.

Sekarang aku tahu bahwa memendam cinta sama seperti mengubur amarah.
Itu hanya akan menggerogotimu dari dalam hingga akhirnya kau ingin berteriak atau menendang sesuatu.
Untuk kesekian kalinya, lupakan.
Sebuah perasaan yang tak kunjung sampai pada peraduannya, lebih baik menemui kematian.
Lebih baik sekarang, sebelum membuat linu seluruh tulang-tulang . .

Read More
      edit

27 Maret 2017

Published 15.42 by with 0 comment

Seharusnya cinta begini mudah.
Aku mencintai kamu, kamu pun sebaliknya.
Sudah.
Tapi pada kenyataannya banyak permasalahan ikut terseret didalamnya.
Membelenggu kaki kita.
Memaksakan segala sesuatunya.
Berebut tempat untuk lebih leluasa akan siksaannya.

Kebingungan mengambil tempat di depan dan bertahan tanpa gentar.
Tak ada yang aman. Tak ada yang nyaman.
Kami mulai memakai topeng kami masing-masing dan bertahan.
Mencoba segala sesuatunya untuk sama sama ke selatan.
Bahkan berharap tidak ada utara sekalian.

Ah hidup...
Sebegini letih dan sengsaranya.
Seakan fajar tak akan mampu menutupi deritanya..


Read More
      edit

16 Maret 2017

Published 01.46 by with 0 comment

Aku melihat rindu di ujung wajahmu
Guratan tipis yang kunantikan hadirnya
Berkabung di tengah kemenangan
Terengah engah dalam diam

Terlalu lama waktu berjalan semaunya
Meskipun terkadang luka disembuhkannya
Berkaca tanpa sebab
Menangis tanpa lembab
Perasaan terguncang oleh senyuman tak kasat mata yang meninggalkan tanda tanya

Seringaian terlalu sering dalam keseharian
Kebijaksanaan muncul dalam duka
Meninggalkan suatu hal untuk kusadari

Mengapa rasa begini?
Read More
      edit

10 Maret 2017

Published 14.18 by with 0 comment

Aku menangis tanpa sebab. 
Entah sudah keberapa kalinya. 
Perasaan terusik akan suatu hal yang aku sendiri tidak mengetahuinya. 
Perasaan sakit bagai teriris. 
Perasaan ragu yang membelenggu. 
Perasaan sunyi yang menyakitkan. 
Sebuah pencarian tanpa nama. 
Sebuah masalah tanpa jalan keluar. 
Sebuah perumpamaan yang jauh dari makna asal. 
Aku begitu tersesat dan hilang terkubur kegelisahan. 
Mencoba bertahan di tengah ketidakmungkinan.

Apa yang harus kulakukan, saat kemungkinan akan kebahagiaan tidak dapat kutemukan?
 
 
Read More
      edit

09 Maret 2017

Published 11.12 by with 0 comment

Semenjak kemarin aku mulai membiasakan hari dengan membaca. Kebiasaan ku yang hampir punah ditengah segala kesibukan. Aku begitu merindukan jejak debu yang dihasilkan oleh tanganku saat buku yang telah lama dikesampingkan mulai kubaca kembali. Aku memilih buku tetralogi seri "eragon" dari Christopher Paolini sebagai permulaan setelah sekian lama. Buku fiksi fantasi yang paling aku sukai. 

Aku membaca sepelan mungkin, mencoba benar-benar meresapi segala. Menjelajahi alur dengan kata-kata. Aku banyak terpikat pesan-pesan, kata-kata, bisikan kesetiaan dan persahabatan. Berikut salah satu contohnya :

Garrow berkata : "Sekarang waktunya untuk mengatakannya, karena kalian akan memasuki dunia. Patuhi nasihatku dan kalian akan baik-baik saja. Pertama, jangan biarkan siapapun menguasai pikiran atau tubuhmu. Jagalah agar fikiranmu tidak terpengaruh. Seseorang bisa jadi orang merdeka tapi lebih terkekang daripada budak. Berikan telingamu pada orang-orang, tapi jangan berikan hatimu. Tunjukkan penghormatan pada mereka yang berkuasa, tapi jangan mengikuti mereka dengan membabi buta. Nilailah dengan logika dan pertimbangan, tapi jangan berkomentar. Jangan menganggap siapapun lebih unggul daripada dirimu, tidak peduli pangkat maupun tempat mereka dalam kehidupan ini. Perlakukan semuanya dengan adil atau mereka akan membalas dendam. Berhati-hatilah dengan uangmu. Pertahankan kepercayaanmu sekuat mungkin dan orang lain akan mendengarkan. Mengenai masalah cinta... satu-satunya nasihatku hanyalah bersikap jujur. Itu alatmu yang paling kuat untuk membuka hati atau mendapatkan pengampunan".

Dan ini lah yang dinamakan kebijaksanaan. Sedih tapi bangga!









Read More
      edit

04 Maret 2017

Published 23.29 by with 0 comment

Aku tidak menyukai hari ini. Bahkan sejak pagi aku mulai kelihatan menderita. Hari ku begitu melelahkan seminggu ini. Penderitaan yang berkepanjangan. Selalu begitu disaat semua orang bertindak sesuka hatinya, dan berkata sesuka hatinya tanpa memikirkan perasaan orang lain. Hari ini seharusnya menjadi sebuah penghiburan. Hari dimana aku lepas dari semua kepura-puraan. Hari dimana aku bisa setidaknya bertemu kamu walau mungkin kita tidak memiliki banyak waktu. Tapi aku sudah berjanji untuk datang ke sebuah undangan pernikahan. Yasudah. Setidaknya masih bisa bertemu kamu meskipun dengan semua ketidaknyamanan yang akan aku jalani.

Selama ini aku masih memungkiri semua ketidaknyamanan ku saat ada dikeramaian. Berharap suatu saat aku bisa membiasakannya. Bahkan terkadang aku berharap tidak seaneh ini. 

Aku menggenggam tanganmu. Meredakan setidaknya ketidaknyamanan ku saat ini. Yah, itu klise. Alasan sebenarnya mungkin agar aku tidak jatuh terbelit kakiku sendiri. Kepalaku sakit saat dikeramaian. Aku linglung setengah mati. Aku tidak bisa menghindarinya. Sekuat apapun aku mencoba. Rasa tersiksanya lumayan menjemukan. Aku berharap bisa pergi secepatnya.

Mengerikan. Berada di tengah keramaian. Percakapan yang dipaksakan. Senyum penuh kepura-puraan. Aku terlalu sakit kepala untuk menyadari apa yang sebenarnya sedang ku lakukan. Aku telah mencoba belajar sabar untuk dapat paham dan mengerti. Belajar menghargai. Mencoba berusaha sebaik-baiknya karena aku tidak ingin mengecewakan kamu, Bukankah itu yang orang normal lakukan?

Aku menutup mulutku dan bersabar. Mencoba tersenyum kadang-kadang. Mengucapkan beberapa patah kata yang tidak ingin kukeluarkan. Dan hasilnya? Aku tidak menyukainya. Aku benar-benar tidak menyukainya.

Oke. Setidaknya hanya sejam kan? Aku masih bisa memperbaiki hari yang kupunya. Setidaknya sekarang aku bersama kamu. Aku belum bisa menghilangkan perasaan yang tidak enak akibat deritaku sendiri. Tidak ingin pulang kerumah. Rasa tidak nyamannya masih ada. 

Aku berharap kepada kamu. Aku selalu berbohong tentang hal ini. Aku selalu berkata, aku tidak akan berharap apapun lagi karena rasa nya menyakitkan. Ya, memang menyakitkan. Tapi disaat menyayangi seseorang entah disadari atau tidak harapan mulai terbentuk. Sesuatu hal yang bahkan sulit untuk  kuhindari.

Mungkin ini keegoisan ku sendiri. Mengharapkan kamu ada saat ini juga merupakan bentuk keegoisan ku sendiri. Aku tidak bisa masuk kedalam kepalamu setidaknya untuk memastikan apa yang kamu inginkan. Tapi mungkin malam ini aku hanya ingin mengedepankan apa yang aku inginkan. Dan entah untuk keberapa kalinya kamu menegaskan hal yang sama. Batas waktu kita. 

Aku benci saat kamu mengatakannya. Sedih luar biasa. Kita pernah bertengkar masalah yang sama. Aku tidak keberatan jika lain hari kita bertengkar, tapi setidaknya tidak malam ini. Tidak disaat aku berharap untuk bisa setidaknya mencurahkan apa yang aku rasakan. Aku bahkan bisa bercerita sambil menangis. Tapi yasudah. Aku sudah kehabisan pilihan dan tidak bisa mengutarakannya. Semoga kamu bisa istirahat dan tidur nyenyak malam ini. 

Post Script :

Masih kebayang cara kamu bilang kalau kamu harus pulang jam 10 😪. Iya iya pulang aja.

Sakit? Iya. Disaat aku pengen ngelupain semua derita aku seminggu ini, kamu mulai membatasi diri kamu. Aku beneran trauma. Aku cuma punya waktu sehari buat ketemu kamu dalam seminggu, tapi kamu terlalu kaku dengan bilang kamu harus pulang jam 10. Padahal aku beneran butuh kamu. 

Benci kamu, sedih, laper..  Kapok ah kondangan lagi. Minggu besok kamu dateng sendiri aja.


Read More
      edit

03 Maret 2017

Published 15.37 by with 0 comment

Aku menundukkan kepalaku. Berharap dunia tampil tidak peduli terhadapku. Tidak menyadari kehadiranku. Membiarkan aku sendiri. Ini bukan merupakan persoalan kenyamanan saat diabaikan. Aku hanya merasa kesendirian diperlukan. Terkadang kesendirian menciptakan kenyamanan terselubung. Menyakitkan dan menenangkan. Seperti candu baru untuk ku sendiri.

Dan tidakkah rasa iri membunuh mereka pelan-pelan? Aku harap begitu.

Read More
      edit

01 Maret 2017

Published 00.12 by with 0 comment

Aku tidak suka diperhatikan. Sebuah penyiksaan. Aku hanya bergantung kepada diriku sendiri. Mencoba melakukan segalanya sendiri. Lakukan yang kalian mau, dan jangan ganggu aku. Klise? Ya. Manusia adalah pengganggu paling jahat nomor satu. Tidak ada toleransi. Sering meminta tanpa sumbangsih sama sekali. Menuntut hak tanpa menjalankan kewajiban. Berbicara manis ditengah kekacauan. Lisan yang berbanding entah berapa ratus derajat dengan isi hati yang sebenarnya. 

Aku juga sering melakukannya. Hal-hal munafik. Mengingkari kejujuranku sendiri. Selalu berusaha tegar padahal setengah mati aku ingin bersandar. Menangis di tengah senyuman. Tak bisa berharap dalam doa. Membiarkan amarah terlalu cepat menguasai. Membiarkan kesalahpahaman terjadi. Entah sudah berapa lama aku jalani kemunafikan seperti ini. Melelahkan. Aku menjadi orang lain yang tidak kukenali. Mengenai sosialisasi? Aku membencinya setengah mati. Ini satu-satunya kejujuran yang bisa kuakui. Terkadang aku melakukannya dengan enggan. Mencoba bersosialisasi dengan orang lain. Mengerikan. Seringkali, mereka hanya ingin didengarkan tanpa mau mendengarkan. Semua beban mereka, mereka tumpahkan. Ego, aib, kecemburuan, perasaan bersalah, rasa ingin dibela dan rasa iri.

Aku fikir sekarang sudah cukup basa-basinya. 
Aku ingin berkata hal yang ku sukai, tidak peduli seberapa pun bencinya kalian.
Sudah muak dengan kemunafikan.
Sudah lelah dengan senyum kepalsuan.

Ini perasaan ku sesungguhnya. Dan ini sebuah kebenaran. Setidaknya kebenaran untukku sendiri.

Dari seseorang dipojok ruangan


Read More
      edit