22 Desember 2017

Published 15.03 by with 0 comment

Airmata ku berlinang bahkan sebelum aku menulis ini.
Entah sejak kapan aku sebodoh ini, berdiri diam mengutuki diri sendiri.
Bersikap dingin seakan-akan itu adalah sebuah kutukan yang tak dapat kuubah.
Entah sudah berapa lama aku tak sanggup bilang apa yang seharusnya kukatakan, apa yang seharusnya kulakukan, apa yang seharusnya kuberikan.

Aku hanya bisa memandangi wajah letihmu,
Himpitan bebanmu karenaku,
Duka perihmu karena dukaku,

Aku hanya bisa melukiskan wajahmu dalam benakku,
Terlalu pengecut untuk ungkapkan rasaku.

Aku hanya bisa mendoakanmu,
Terlalu malu untuk sekadar bilang aku rindu pelukmu.

Pada kenyataannya aku memang sebodoh ini,
Hanya bisa berdiri ragu-ragu,
Sambil berharap kau percaya aku mencintaimu..

Mama, maafkan aku..
Read More
      edit
Published 14.53 by with 0 comment

Kami selalu mencari cara untuk mengampuni.
Bersedia menerima segala bentuk dan macam penistaan yang terlontar.
Kami selalu mencari kesempatan untuk memaafkan.
Bersedia menerima segala kekurangan yang telah ada.

Hati terkadang berduka.
Hati terkadang tenggelam basah oleh airmata.
Hati terkadang perih teriris.

Tapi disaat itu pula kami sadar ada kekuatan yang tersedia.
Kekuatan untuk bangkit.
Kekuatan untuk mengampuni.
Kekuatan untuk memaafkan.

Walau jalan tak mudah, walau hati tak bersedia,
Tapi disaat kami sadar, kami hanya jiwa yang terluka,
Untuk apa segala ego dan lainnya..

Read More
      edit

18 Desember 2017

Published 17.08 by with 0 comment

Ah sampai gak bisa ngomong..
Read More
      edit

13 Desember 2017

Published 15.01 by with 0 comment

Aku tidak meminta kalian memahami.
Ini soal aku, dan aku sepenuhnya bertanggung jawab atas itu.
Bisakah kalian membiarkanku?
Berkembang atas dasar kemauan dan harga diriku sendiri?
Bisakah kalian berpura-pura aku tak ada?
Seakan aku sudah tertiup debu atau kemana.

Bisakah?

Read More
      edit

07 Desember 2017

Published 11.12 by with 0 comment

Mengapa?
Mengapa?
Mengapa?

Banyak pertanyaan tanpa jawaban.
Banyak kebingungan.
Dari hal sepele sampai yang besarnya seperti gajah.
Dari pertanyaan simple sampai pertanyaan yang bikin otak lumpuh.
Tapi lagi-lagi mengapa?

Mengapa saat makan masakan padang, mama cuma kasih rendang satu?
Mengapa tukang rujak sejauh itu jualannya?
Mengapa di Indonesia harga buku mahal, padahal masih banyak orang-orang tolol diluar sana?

Yah, begitulah pokoknya..
Read More
      edit
Published 10.57 by with 0 comment


Masih bengong liatin biskuit.
Read More
      edit
Published 10.40 by with 0 comment

Aku : 10.40

Aku lebih mirip pengangguran dibanding kebanyakan pengangguran lainnya.
Masih sama, ngeliatin tiga potong biskuit yang ga bisa kumakan.
Padahal aku ini orangnya produktif lho,
Seneng kerja,
Pinter ngeluh juga sih,
Tapi ya gitu, terkadang dalam hidup kita jarang puas.
Sering kecewa karena hal-hal diluar kemauan kita.
Mengolok-olok harapan yang tidak tercapai bahkan.

Ah. aku merasa himpitan rasa bersalah akan menghantamku sebentar lagi.
Begitulah terkadang.
Aku mengutuki diri sendiri lagi.
Meski itu hitungannya bukan hobby.

Aku juga punya target kok dalam hidup.
Tapi bukan merupakan kecintaanku.
Aku ini bukan main gilanya sama baca.
Sering muak denger orang ngomong.
Tapi selalu pingin cerita banyak tanpa suara.

Aku tidak memainkan raut wajah dengan baik.
Orang-orang sering benci tanpa sebab kepadaku karena ini.
Mereka bilang aku jutek dan sebagainya.
Yah. terkadang mereka benar.
Aku memang muak kepada mereka.

Aku gak tahu harus ngapain dalam hidup ini.
Tapi untuk sekarang.
Aku harus cari uang, dan baca buku.
Itu aja yang penting.
Karena kalau gak punya uang, gak bisa beli buku.
Iya kan?
Read More
      edit
Published 09.42 by with 0 comment

Kepada : Hujan

Aku merindukanmu.
Mengharapkan tetesan rindumu akan tanah menyejukanku.
Aku bahkan tak keberatan dengan dingin yang selalu satu paket dengan mu.
Entah kenapa itu malah menentramkan.
Sejuk, dan tidak sunyi.
Aku berharap rintikmu tidak berhenti, bahkan jika kau kelelahan.
Di tengah konfrontasi yang sering aku rasakan padamu,
Entah mengapa ada semacam kerinduan tipis diantara kita.

Aku tahu kamu selalu salah sangka,
Tapi sejujurnya aku suka aroma aspal basah yang kau hasilkan.
Dan tentu saja kamu benar disaat aku  mengatakan tidak begitu menyukaimu,
Hanya saja saat ini aku membutuhkanmmu.

Bawalah awan gelap lebih rapat denganmu.
Aku tidak keberatan.



Read More
      edit
Published 09.16 by with 0 comment

Aku tidak ingin seperti mereka!

Aku tidak ingin seperti mereka,
Bergandeng tangan dengan senyum, tapi mengkhianati dalam kasih.

Aku tidak ingin seperti mereka,
Menghujani satu sama lain dengan suka, namun diam-diam menyelipkan duri dalam pelukan.

Aku tidak ingin seperti mereka,
Berlari-lari dengan bahagia, tapi terkadang tertatih dalam kebohongan yang terangkai.

Aku tidak ingin seperti mereka,
Berwajah tanpa masalah, namun menyelipkan duka tanpa sudah.

Lagi-lagi aku benci seperti mereka,
Ketika setiap ungkapan dan perasaan menjadi wujud tak berarti tanpa tindakan.


Read More
      edit
Published 09.08 by with 0 comment

Sepotong Biskuit dan Pagi

Aku begitu membenci pagi.
Kebencian yang melumpuhkan tulang.
Hhh.. kalau saja setiap hari seperti malam,
Tapi lagi-lagi pagi datang dan aku memutuskan untuk tidak tersenyum sampai ia pergi.

Semua hal tentang pagi seperti basa-basi dingin dan sarapan ala kadarnya membuatku melipatgandakan kemuraman diwajahku yang sudah terlanjur tanpa senyum.

Pagi selalu membawa sepaket hal yang tidak ingin kulakukan.
Merangkai banyak hal mengerikan untuk dijalankan.

Berfikir lebih keras kadang menguntungkan,
Tapi lagi-lagi pagi menelanjangi kesendirian.
Memperjelas jatuhan air mata.
Memaksakan topeng bahagia ke wajah yang muram.

Ah, pagi..
Andai kamu punya sepotong biskuit lagi.
Read More
      edit

06 Desember 2017

Published 23.33 by with 0 comment

Aku tidak ingin menyaksikan lagi adegan demi adegan basa-basi diantara kita.
Read More
      edit
Published 23.19 by with 0 comment

Sekarang, malam jadi waktu yang terburuk untuk kerja otak.
Capeknya.

Aku cuma bisa apa selain berharap pagi cepat datang.
Read More
      edit

05 Desember 2017

Published 22.43 by with 0 comment

Banyak orang yang ga ngerti.
Karena pada dasarnya rasa dan ego tidak bisa berjalan berdampingan.
Buktinya kita.
Ditelan bulat-bulat.

Disaat amarah lebih besar dibanding rasa kasih,
Disaat itulah kita mulai melepas mimpi.
Berjalan sendiri-sendiri.


Read More
      edit
Published 10.47 by with 0 comment

Kami mencari alasan atas eksistensi kami.
Mengapa kami melakukan ini.
Mengapa kami memikirkan itu.
Mengapa kami menangis disaat orang lain tertawa.
Mengapa kami merekahkan senyum disaat orang lain dalam kemurungan.

Berhari-hari kami jalani tanpa tidur.
Mempertanyakan hal-hal meragukan.
Meragukan hal-hal yang dipertanyakan.

Kami diam.
Serasa jutaan tahun berlalu.
Sebuah keputusan akan tujuan dan sebuah harap.
Seakan seribu pengorbanan.
Seakan jutaan penantian.

Tanah kian tandus.
Pasang seperti tanpa surut.
Dan kami?


Read More
      edit