Pada suatu kesempatan, kamu mengatakannya. Mengatakan bahwa kamu memiliki sebuah perasaan yang tidak seharusnya. Dan kamu berkata, bahwa perasaan yang kupunya tak kalah pentingnya. Betapa aku sebagai entah apa kamu menyebutnya merasakan diri sendiri sebagai yang utama. Beberapa tempat kita kunjungi, beberapa acara kita hadiri dan dengan kenyataan seperti ini aku menjadikan segala sesuatu tentang kita menjadi sebuah prioritas tersendiri.
Dan seperti yang sudah kamu ketahui, aku masih memeliki seseorang, meskipun dalam artian yang sudah bukan lagi berkepentingan. Aku merasakan segala sesuatunya perlahan berubah menjadi "kita". Aku mulai merasakan perasaan yang sangat tidak ingin kujelaskan. Menyukai kamu adalah tahap pertama. Mencintai kamu adalah hal gila dalam tahap selanjutnya.
Aku memutuskan berpisah dengan berbagai alasan yang kubisa. Aku mulai menyusun perasaan baru denganmu ini mulai pada tempatnya. Merapikannya dan mulai menjalinnya dengan cara yang benar. Kemudian kita bersama. Aku menjadi wanita yang paling berbahagia di semesta.
Kebersamaan kita sudah terjalin beberapa waktu. Kamu menunjukan beberapa itikad serius dan beberapa gurauan yang mengganggu perasaan. Keegoisan baru yang kamu tunjukkan dalam bentuk gurauan menimbulkan kecemburuan awalnya. Kamu mengatakan bahwa, kamu memang seperti ini dan kamu berharap aku untuk mengerti.
Aku mulai mencoba bersikap mengerti. Mulai meyakini entah apa namanya ini
bahwa kamu masih mencintai. Aku berlaku sabar dengan sikap cuek ala kadarnya. Mulai untuk memakai apapun namanya untuk menutupi rasa sakit yang kuderita.
Minggu berganti minggu, kamu tidak menunjukan perubahan. Perasaan terluka yang kututupi sudah tidak dapat kutampung lagi. Aku ditengah kebingungan, merasakan segala sesuatunya dalam waktu yang bersamaan. Aku merasa keseriusan kamu dalam hubungan kita mulai menurun kadarnya. Bahkan dalam segala cara aku mulai meragukannya.
Aku tidak semudah itu menyerah tentang kita tapi ketika kenyataan tidak berjalan secara bersamaan dengan harapan, aku mulai merasakan kegelisahan. Setiap amarah yang dulu sempat termaklumi menjadi sangat mudah tersulut. Jika kamu menganggap setiap gurauan dan tindakan egois itu sebagai "test" untuk masa depan kita, aku rasa itu ucapan tak berdasar bagi seseorang yang tidak ingin memberi perhatian tapi sulit menemukan alasannya.
Aku mulai membalas setiap tindakan egois dengan tindakan egois lainnya. Mencoba menukar kepedihan dengan membuat kepedihan untukmu. Aku menyadari bahwa segala sesuatu seperti ini sedikit menjemukan, tapi aku akan bertahan. Bahkan setiap perkelahian kecil kita, selalu tidak berdasar untukmu. Aku mengerti dan sudah cukup memaklumi tapi pada kenyataannya, aku tidak bisa membohongi diri sendiri untuk bertindak sebagaimana hatiku menginginkannya. Aku menyerah pada keadaan, keadaan dimana aku sudah tidak bisa mengendalikannya.
Sudah berjalan seminggu dalam perdebatan panjang denganmu. Aku masih mempertahankan ego, begitu juga kamu. Pada dasarnya aku tidak ingin mengakhiri, tapi bahkan hati ku masih sangat perih untuk memaklumi..
Sayang,
Entah perpisahan atau kebersamaan yang akan menghampiri kita
Aku selalu mengharapkan kamu yang dulu..